
Jakrta Andri Online News 2 Nevember 2013-Presiden SBY menerima buku hasil seminar peserta kursus singkat Lemhannas dari Gubernur Lemhannas Budi Soepandji, di Istana Negara, Jumat (1/11) sore. (foto: abror/presidenri.go.id)
Jakarta: Presiden memiliki visi Indonesia 2045, yakni Indonesia yang memiliki ekonomi dan demokrasi yang kuat. Untuk itu harus ada peta jalan (roadmap) pendidikan nasional menuju 2045.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan hal ini saat memberi pembekalannya kepada peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XIX, Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLIX, dan Angkatan L Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) tahun 2013 di Istana Negara, Jumat (1/11) pukul 15.00 WIB.
Visi ini dapat dicapai jika peradabannya unggul, maju, menguasai iptek, adaptif, dan inovatif. "Kalau kita melihat 2045 seperti itu maka pendidikan kita harus berorientasi pada pencapaian tujuan itu. Kita bikin paradigma kebijakan dan roadmap bagaimana pendidilkan nasional menuju ke situ," ujar Presiden.
Peran media massa sangat besar dalam membangun visi pendidikan yang diinginkan. "Pers memberikan andil yang besar pada fungsi kontrol dan itu diperlukan dalam kehidupan demokrasi. Pers yang tidak melaksanakan fungsi kontrol kehilangan momentum untuk menyelamatkan demokrasi bangsa. Yang kurang adalah peran pers dalam pendidikan," SBY mengingatkan.
Pada kesempatan ini, Presiden SBY juga menanggapi munculnya pertanyaan kritis mengenai ideologi Pancasila yang dianggap sudah tidak dipedomani secara penuh sehingga perlu revitalisasi. "Saya hanya ingin mengingatkan bahwa Pancasila adalah a living ideology, ideologi terbuka dan bukanlah dogma," Presiden menegaskan.
Pancasila, lanjut SBY, juga falsafah dan dasar negara yang kita pilih dan anut sejak Indonesia merdeka. "Kalau kita paham makna, arti, dan posisi Pancasila sebagai falsafah, ideologi, dan dasar negara seperti itu, maka melihat Pancasila harus kontekstual dan kemudian dikaitkan dengan kehidupan bernegara," Presiden SBY menjelaskan.
Dalam kehidupan dunia yang penuh dengan dinamika dan ketidakpastian, maka Pancasila harus bisa berperan dan menjadi pembimbing untuk menjadi lebih baik.
Hal terakhir yang juga menjadi pembahasan seminar para peserta didik Lemhanas adalah mengenai kepemimpinan. Dalam hal ini, SBY mengajak kita untuk bertanya seberapa penting peran kepemimpinan serta peran pemimpin?
"Saya tidak percaya kalau tanpa pemimpian segalanya akan berjalan baik. Selalu ada peran, fungsi, dan visi pemimpin. Pemimpin dipersyaratkan untuk memiliki integritas, kapasitas, aksesbilitas yang baik dan siap menjadi pemimpin," kata SBY.
Seorang pemimpin harus mengetahui peran dan tugas sebelum bertindak sebagai pemimpin. Oleh karena itu, Presiden menilai pendidikan politik sangat penting, agar dapat memiliki pemahaman yang sama mengenai calon pemimpin.(agus jakarta)
0 komentar:
Posting Komentar