photo SKMENPEN.gif
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 24 Juli 2012

Selasa, 24 Juli 2012, 18:14:43 WIB Presiden Buka Puasa Bersama Pimpinan Lembaga Negara

Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Hj Ani Yudhoyono, didampingi Wapres Boediono serta Ibu Herawati, menggelar silaturahmi dan buka puasa bersama para pimpinan lembaga negara, duta besar negara-negara Islam, Menteri KIB II, dan pejabat negara di Istana Negara, Selasa (24/7) pukul 17.00 WIB.

Acara dibuka dengan pembacaan surat Al Baqarah ayat 183 - 185, dilanjutkan sambutan Presiden SBY selaku tuan rumah. "Semoga silaturahim ini lebih meningkatkan kebersamaan kita untuk terus memajukan dan mensejahterakan kehidupan bangsa," kata Presiden SBY.

Tahun ini, ujar Presiden, bulan suci Ramadhan kembali jatuh pada Agustus. "Bulan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dalam perjalanan kehidupan bangsa. Sepatutnya pula jika kita melakukan refleksi kemerdekaan menyangkut perjalanan bangsa dan negara yang kita cintai," SBY menambahkan.

Di akhir sambutannya, Presiden mengajak para undangan untuk secara bersama bersyukur atas semua pencapaian. Terus bersatu, berikhtiar, dan bekerja keras untuk mewujudkan apa yang belum kita capai.

"Bangsa kita sedang melaksanakan sebuah transformasi, perubahan besar, dan fundamental. Insya Allah, Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan pertolongan kepada bangsa Indonesia yang memiliki cita-cita luhur dan mulia ini," kata Presiden SBY.

Setelah buka puasa bersama, Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar menyampaikan tausiyah dengan tema 'Sabar, Syukur, dan Ikhtiar'. Acara ini diakhiri dengan salat Maghrib berjamaah. Bertindak sebagai imam salat adalah Tajuddin Hasan.

Hadir, antara lain, Ketua MPR Taufiq Kiemas, Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua MK Mahfud MD, Ketua BPK Hadi Purnomo, menteri-menteri KIB II, Ketua Watimpres Emil Salim, duta besar negara-negara sahabat, dan Ketua PBNU Said Aqil Siraj. (dit)

Read more »

Jumat, 22 Juni 2012

ANAK BERPRESTASI: KEBUTUHAN ATAU KEBAHAGIAAN?( oleh Katedral Manado ) ·

Saya mempertanyakan ini karena sering kali mendapati orangtua begitu serius ketika terlibat pembicaraan mengenai prestasi yang dicapai anak-anak, akademik maupun non-akademik. Bahkan






tak jarang orangtua saling berlomba memproklamasikan kehebatan anak-anak mereka, dengan mengikuti berbagai kursus dan lomba. Fenomena ini makin terasa sejak maraknya pengembangan sekolah unggul hingga akhirnya muncul tren sekolah bilingual dan kurikulum ganda (nasional dan internasional, mengadopsi kurikulum dari luar negeri). Masalahnya, tren ini dapat mengakibatkan sekolah bukan lagi usaha membimbing anak mengembangkan diri, tetapi menjadi ajang mencapai keunggulan. Lihat saja, hampir semua anak tidak hanya belajar di sekolah. Mereka ikut kursus privat dengan alasan membantu pemahaman materi pelajaran dan kursus non-akademik demi (katanya) pengembangan bakat-minat. Sampai-sampai ada yang nyaris tidak punya waktu bermain karena 7 hari seminggu berkutat dengan sekolah dan beragam jadwal kursus non-akademik, serta masih harus membantu orangtuanya. Saya tidak habis pikir ada orangtua seacuh itu. Ini penghakiman memang, tapi juga fakta karena si anak jelas-jelas mengeluh dan prestasi belajarnya sama sekali tidak terbantu.
Dari sini saya merasa perlu bicara dengan para orangtua (dan juga guru?). "Kenapa Bapak/ Ibu seringkali menilai anak-anak itu malas dan tidak punya motivasi mencapai hasil terbaik?" "Kenapa Bapak/ Ibu selalu meminta anak-anak untuk belajar, bahkan ketika liburan sekolah?" Saya perlu tanyakan ini karena sepengetahuan saya, tak ada orang yang tidak butuh istirahat. Seperti juga kita yang setiap hari bekerja, anak-anak juga perlu istirahat dan rekreasi. Saya juga tidak setuju bila dikatakan mereka malas, karena seperti juga kita semua, hanya akan melakukan sesuatu bila kita mau dan/ atau merasa perlu melakukan itu.
Kebutuhanlah alasan utama mengapa orang berbuat. Maka, kita tidak boleh menyimpulkan seorang anak malas sebelum mengetahui alasan ia berbuat begini atau begitu. Soal sekolah misalnya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak anak tidak suka bersekolah. Tapi tidak banyak pembahasan mengapa mereka menjadi tidak suka bersekolah, padahal hampir semua anak mengatakan sekolah itu diperlukan.
Bicara soal kebutuhan, kenyamanan adalah kebutuhan utama semua makhluk. Kita tidak akan dapat melakukan apapun dengan hasil memuaskan ketika kita tidak dalam kondisi nyaman, fisik maupun psikis. Oleh karenanya, kita akan melakukan segala upaya untuk mendapatkan kenyamanan. Coba saja: kita tidak dapat bekerja optimal ketika kita sedang sakit; kita tidak bisa menikmati pekerjaan bila selalu dihantui persoalan yang rasanya tak kunjung tuntas. Demikian juga anak, tak mungkin mereka bisa menikmati aktivitas bersekolah ketika mereka merasa kegiatan bersekolah tidak membuat nyaman akibat berbagai tekanan yang dialaminya. Apalagi bila aktivitas itu menguasai kehidupannya hingga saat liburan pun masih berurusan dengan tugas yang dibebankan guru, ditambah celoteh orangtua yang terus meminta mereka untuk belajar.
Biasanya guru memberi tugas saat liburan dengan alasan anak tidak akan belajar jika tidak diberi tugas. Pertanyaan saya, “Bukankah liburan itu memang saatnya istirahat dari segala kepenatan aktivitas sekolah?” Menjawab pertanyaan itu, ada guru yang berkata bahwa dia masih mengerjakan tugas saat liburan dan saya selalu saja mengatakan, “Kalau kamu memilih jadi guru dan membawa pulang pekerjaan, bukan berarti murid-murid itu harus melakukan hal yang sama. Mereka boleh saja punya pilihan sendiri, mau istirahat, bermain, atau tetap belajar saat liburan.”
Jadi kita tidak boleh memaksakan apa yang kita anggap baik kepada anak-anak. Sekalipun kita tahu si anak punya potensi yang sangat bisa dikembangkan. Jika hal itu dilakukan, saya lebih yakin bahwa anak tidak akan merasakan kebahagiaan akibat dari rasa tertekan. Ujungnya, hasil optimal yang diharapkan akan semakin jauh dari jangkauan. Walau begitu, bukan berarti kita tidak perlu melakukan apapun. Ada satu hal yang justru wajib kita lakukan agar anak mencapai hasil optimal sesuai potensinya. Satu hal untuk setiap sudut pandang.
Kalau Anda menilai anak berprestasi adalah kebutuhan, artinya anak berprestasi adalah aset guna meraih kebahagiaan, satu hal itu adalah: membuat anak membutuhkannya. Tidak ada orang lapar yang tidak berusaha mati-matian untuk mendapatkan makanan. Jadi agar anak mau melakukan apa yang Anda inginkan, Anda hanya perlu menciptakan kebutuhan itu dan dia dengan sendirinya akan berusaha mendapatkannya. Hasilnya, Anda tidak lagi perlu memaksa/ memarahinya agar ia melakukan apa yang Anda harapkan.
Jika Anda menilai anak berprestasi sebagai sebuah kebahagiaan, maka satu hal yang perlu Anda lakukan, yaitu: membimbing si Anak untuk mensyukuri apa yang dimiliki dengan merawat dan mengembangkan kelebihannya itu.
Sekarang kita bicara dampak yang dihasilkan tiap sudut pandang itu. Jika anda pakai sudut pandang kebutuhan, sangat mungkin Anda akan memacu anak demi mencapai puncak prestasi dan mendapatkan kebahagiaan dengan memenangkan persaingan. Dalam hal ini, anda perlu mempersiapkan diri untuk mengatasi persoalan yang akan Anda hadapi, di antaranya: Anak ternyata tidak memiliki potensi sebesar yang Anda harapkan. Anak mogok karena kejenuhan yang dirasakan sudah mencapai puncaknya. Resiko fisik lainnya, sang Anak meninggalkan Anda, dalam arti emosional dan/ atau fisik. Bunuh diri, adalah salah satu alternatifnya.
Jika berhasil menciptakan kebutuhan dan anak akhirnya melakukan apa yang Anda inginkan, jangan kaget ketika suatu saat Anda merasa dia jadi kurang ajar karena merasa hebat. Artinya, jika ini yang Anda rencanakan, coba pelajari dulu potensi anak sebenarnya, keinginan dan kebutuhan si anak, dan siapkan juga pendidikan moralnya agar dia benar-benar bisa menjadi seperti yang Anda harapkan.
Terakhir, Anda tetap perlu menyadari bahwa bukan Anda yang melakukan. Jadi keberhasilan sepenuhnya tergantung si anak, bukan Anda yang menentukan. Siapkan juga agar Anda tidak frustrasi ketika harapan itu tidak tercapai.
Sekarang, dampak apa yang kira-kira terjadi jika Anda mengacu pada sudut pandang kebahagiaan. Sangat mungkin anda akan memberi pilihan kepada anak dan membiarkan dia membuat keputusannya sendiri. Dasarnya, jelas karena Anda ingin anak Anda menikmati apa yang dimiliki dan dihasilkannya sehingga akhirnya bisa berkembang mencapai titik optimal.
Resikonya, Anda mungkin saja akan mendapati anak berganti-ganti aktivitas. Entah karena bosan atau merasa tidak mampu. Anda perlu mencermati hal ini karena intensitas rasa bosa dan/ atau kegagalan dapat membuat anak frustrasi. Jadi anda perlu mendampingi dengan memberi pengetahuan tentang pilihan yang ada secara memadai agar dia benar-benar mengerti apa yang akan dihadapi bila memilih yang ini dan apa yang terjadi jika pilih yang itu.
Dampak lainnya, Anda berorientasi pada mengelola apa yang dimiliki anak. Hal ini membuat Anda memiliki resiko frustrasi lebih sedikit dari mereka yang memandangnya sebagai kebutuhan. Anda mengajak anak untuk menikmati apa yang dimiliki, bukannya berusaha mendapatkan yang belum ada sehingga Anda cenderung tidak pasang target prestasi. Itu sisi lain yang perlu diperhatikan. Artinya, sudut pandang Anda tentang anak berprestasi mungkin membuat anak Anda terlihat tidak punya minat untuk berprestasi. Jangan sampai Anda akhirnya memarahi anak karena prestasinya tidak berada pada tingkat terbaik. Anak Anda sangat mungkin akan berada pada skala rata-rata atau rata-rata atas, tapi bukan terbaik karena tujuannya menikmati apa yang dia lakukan, bukan untuk menjadi yang terbaik. Itulah hasil terbaik yang dicapainya dan itu juga yang Anda targetkan, anak berbahagia atas apa yang dimiliki dan mensyukurinya dengan merawat serta mengembangkannya.
Apapun yang Anda inginkan, apa pun pendapat Anda tentang anak berprestasi, anak tetaplah seorang anak. Sebaiknya kita tidak menempatkan anak sejajar dengan orang dewasa karena anak jelas bukan orang dewasa berukuran mini. Anak punya dunianya sendiri dan kita wajib menghormatinya. Anak adalah manusia untuh dan unik yang juga punya hak asasi. Mari kita perlakukan anak sebagaimana diri kita juga ingin diperlakukan. Biar mereka belajar dari apa yang kita lakukan. Biar mereka mendapatkan pengetahuan, kebijakan, dan kebahagiaan dengan caranya sendiri.

Read more »

Kamis, 07 Juni 2012

Kamis, 7 Juni 2012 Semua Rumah di Indonesia Harus Menjadi Rumah Pintar

Serang, Banten: Ibu Ani berharap suatu saat semua rumah di Indonesia menjadi rumah pintar sehingga tidak ada lagi buta aksara dan teknologi. "Impian saya, masing-masing keluarga sudah dapat menyediakan sarana pendidikan yang memadai bagi putera-puterinya. Pada saatnya nanti tidak ada lagi anak-anak Indonesia yang buta aksara dan teknologi," kata Ibu Ani.




Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono mengatakan hal ini saat meresmikan 27 rumah pintar (Rumpin) di berbagai daerah Idnonesia, yang dipusatkan di Rumah Pintar Baladika, Kesatriaan Gatot Soebroto Grup 1 Kopassus, Serang, Banten, Kamis (7/6) pagi.

"Anak Indonesia harus cerdas, kreatif, berdaya juang tinggi, dan berahlak mulia. Sehingga mereka sebagai generasi penerus bangsa dapat membawa Indonesia menjadi lebih sejahtera lagi," Ibu Ani menambahkan.

Konsep pembelajaran yang dikedepankan di rumpin adalah pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, dan terpadu guna menggembangkan kecerdasan jamak. "Dengan metode ini diharapkan anak tidak hanya pintar, tetapi juga menikmati masa kanak-kanak mereka sehingga tumbuh secara alami," Ibu Negara menjelaskan.

Anak-anak yang belajar sambil bermain, lanjut Ibu Ani, daya imajinasi dan kreativitasnya dapat lebih terasah. "Kita menginginkan suasana membaca, belajar, bermain yang menyenangkan sehingga anak-anak tidak mudah bosan," ujar Ibu Negara.

Rupim diharapkan juga bisa menjadi pusat membangun kreativitas bagi anak dan ibu dalam membangun pendidikan dan keterampilan. Untuk di daerah terisolir, rumpin diharapkan menjadi pusat pemberdayaan masyarakat. "Rumah pintar dapat dijadikan sebagai magnet untuk menarik masyarakat, terutama anak-anak, agar mau mengunjunginya," Ibu Ani menerangkan.

Kepada para pengolala, Ibu Negara berharap dapat menggali krativitasnya agar rupim dapat berkembang. "Rumah pintar harus menjadi oase yang menyejukan bagi rakyat," kata Ibu Ani.

Sejak diluncurkan pada tahun 2005, hingga Juni ini tercatat 292 unit rumpin telah didirikan. Solidaritas Isteri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) selama ini bekerja sama dengan pemerintah daerah, instansi militer, Polri, swasta, dan masyarakat untuk membangun rumpin. Selain rumpin, SIKIB juga meluncurkan 150 unit mobil pintar, termasuk dua mobil yang dioperasikan di Lebanon, dan dua yang ada perbatasan Kalimatan. Program SIKIB untuk membantu mencerdaskan anak bangsa lainnya adalah motor pintar yang kini sudah mencapai 404 unit dan 3 kapal pintar.

Pada kesempatan ini, Ibu Ani berharap semakin banyak rumpin yang dapat didirikan sehingga pada tahun 2014 akan ada 500 unit rumpin. "Hal ini merupakan cita-cita dan keinginan dari kita semua. Merupakan tantangan bagi kami, bukan pekerjaan yag mudah, dengan tekad, kerja keras, dukungan berbagai pihak yang peduli dan cinta kepada anak-anak Indonesia, insya Allah target itu dapat tercapai," ujar Ibu Ani. (dit)

Read more »

Minggu, 03 Juni 2012

Rick Foo, Metro State College Of Denver Student, Claims Professor Discriminated Against Him For Being Heterosexual

Metropolitan State College of Denver saat ini sedang menyelidiki klaim mahasiswa bahwa seorang profesor ilmu politik diskriminasi terhadap dia karena heteroseksual.



9News pertama kali melaporkan bahwa siswa MSCD, Rick Foo, mengajukan keluhan terhadap seorang instruktur yang Foo mengklaim ditargetkan, dihina dan dilecehkan dia karena orientasi seksualnya. The Huffington Post tidak mengungkapkan nama profesor sebagai penyelidikan masih terus dilakukan oleh kampus.

Foo mengklaim bahwa profesor membuat kemajuan seksual ke arahnya dan ketika Foo menjelaskan bahwa dia lurus, hubungan murid-guru memburuk. "Ini menjadi fest lurus bashing," kata Foo untuk 9News dari keparahan kondisi di kelas.

Baca laporan 9News seluruh dan menonton wawancara mereka dengan Foo sini.

Ketika ditanya untuk sebuah pernyataan, MSCD ketat berbibir untuk kebijakan dan alasan privasi. "Karena kita sekarang di tengah-tengah menyelidiki klaim siswa kita tidak bisa mendiskusikan unsur tuduhannya," kata Cathy Lucas, juru bicara MSCD, The Huffington Post, Jumat. "Setelah penelitian ini disimpulkan, kita bisa mendiskusikan temuan dengan persetujuan siswa."

Sang profesor, yang daftar dan peringkat pada situs web di mana mantan siswa dapat meninggalkan komentar jujur ​​mengenai instruktur dan tingkat kinerja mereka memiliki mayoritas nilai tinggi. Seorang mahasiswa mengingat kualitas rasa humor di kelas khususnya yang berkaitan dengan materi pelajaran politik.

Lain mantan mahasiswa memberikan pujian tinggi profesor, mengatakan bahwa profesor adalah salah satu intelektual atas yang dia temui.

Tapi siswa lain tidak memberikan profesor nilai rendah di situs. Salah satu peringkat terendah datang dari seorang mahasiswa yang tidak puas yang menyarankan bahwa guru mungkin memiliki, di kali, bermain favorit di luar kelas dan berpendapat bahwa profesor tidak melakukan penyesuaian gaya untuk gaya siswa yang berbeda dari pembelajaran.

Tapi tidak ada di website disarankan setiap jenis perilaku diskriminatif yang sedang dilontarkan terhadap dia dengan Foo.

MSCD memiliki perjanjian standar kesempatan yang sama bahwa hal itu masuk ke dalam dengan seluruh karyawan yang dengan jelas menyatakan sikap tentang masalah ini, "memiliki Metro Negara kewajiban moral dan hukum terus mendorong kesetaraan di institusi tersebut dan untuk memastikan tidak ada yang diskriminatif dikeluarkan dari nya program atau kegiatan karena / nya ras,, warna agama, jenis kelamin, asal negara, umur identitas, cacat / cacat, status veteran, orientasi seksual atau preferensi, jenis kelamin dan ekspresi. "

Ketika meminta pernyataan dari profesor terdakwa, Lucas mengatakan kepada The Huffington Post, "memilih Sang Profesor yang siswa menuduh untuk mengikuti proses dan tidak membahas keluhan tersebut."

Lucas juga tersedia The Huffington Post dengan bentuk keluhan perguruan tinggi yang, mungkin, Foo diajukan terhadap profesor yang bersangkutan. Ini menyatakan bahwa, jika tuduhan itu ternyata palsu, Foo "dapat dikenakan tindakan disiplin dalam College, dan / atau tindakan hukum eksternal dari orang-tuduhan palsu."

Read more »

Kamis, 31 Mei 2012

Laporan Pendidikan.

Lebih dari seratus ribu siswa internasional akan menghabiskan musim panas ini bekerja dan bepergian di Amerika Serikat. Mereka yang berpartisipasi dalam program Kerja Musim Panas Perjalanan melalui Departemen Luar Negeri. Mereka menerima pertukaran J-1 visa pengunjung.



Idenya adalah bagi siswa untuk bekerja selama tiga bulan dan mendapatkan cukup uang untuk kemudian menghabiskan satu bulan perjalanan sebelum mereka pulang.

Pekerjaan musim panas Program Perjalanan telah ada selama bertahun-tahun. Tahun ini ada beberapa perubahan. Departemen Luar Negeri telah diubah terakhir aturan kerja. Perubahan ini mengikuti pemogokan musim panas lalu oleh mahasiswa asing yang bekerja di sebuah pusat distribusi untuk cokelat Hershey.

Departemen Luar Negeri mengatakan, siswa disuruh bekerja selama berjam-jam dalam pekerjaan yang memberikan sedikit atau tidak ada kontak dengan dunia luar. Para siswa mengeluh karena harus mengangkat kotak berat dan untuk bekerja dalam semalam.

Mereka dan pekerja lain memprotes kondisi di pabrik di Palmyra, Pennsylvania. Para siswa juga mengeluhkan dibayar kurang sebagai akibat dari pemotongan pendapatan mereka. Beberapa gaji mereka harus pergi ke subkontraktor yang terlibat dalam operasi.

Departemen Luar Negeri kini telah melarang penggunaan siswa Perjalanan Musim Panas Kerja di gudang atau tanaman kemasan. Juga, sebagian besar jam kerja mereka tidak dapat jatuh antara sepuluh malam dan enam di pagi hari. Para siswa juga dilarang dari pekerjaan di tempat kerja bahwa Departemen Tenaga Kerja federal yang mengatakan tidak aman.

Lebih banyak pekerjaan akan dilarang di musim gugur. Ini termasuk konstruksi paling, manufaktur dan pekerjaan pengolahan makanan. Kerja musim panas siswa Travel juga tidak akan diizinkan untuk bekerja di pertambangan paling dan pekerjaan pertanian.

Daniel Costa di Institut Kebijakan Ekonomi di Washington menyambut batasan baru pada pekerjaan yang siswa dapat mengisi.

DANIEL COSTA: "Itu baik karena akan melindungi pekerja asing yang sebenarnya dari cedera pada pekerjaan ini juga melindungi pekerja AS, karena ada pengangguran yang tinggi dalam banyak dari mereka pekerjaan.."

Ia juga memuji persyaratan bahwa pengusaha hanya mengisi pekerjaan sementara atau musiman dengan siswa Perjalanan Musim Panas Kerja. Dia mencatat bahwa beberapa majikan terus-menerus mempekerjakan pekerja mahasiswa baru untuk menghindari harus menyewa biasa karyawan penuh-waktu.

Yakub Horwitz adalah penyelenggara utama untuk National Guestworker Alliance, kelompok yang mengorganisir aksi mogok di Palmyra.

JACOB Horwitz: "Perubahan ke-1 J aturan benar-benar mengenali tuntutan bahwa siswa yang diajukan, dan kedua menambahkan seluruh rangkaian perlindungan dan perubahan yang melindungi pekerja lokal yang bekerja di industri yang menggunakan pekerja tamu dan juga melindungi masa depan J- 1 siswa. "

Dia mengatakan perubahan Departemen Luar Negeri akan membantu mengembalikan program untuk tujuan aslinya sebagai program pertukaran budaya.
Laporan, ditulis oleh Jerilyn Watson dan Andri Luntungan

Read more »

Memori Berita

. (1) 01 (2) 06 (1) 0i9 (1) 13 (1) 21 (1) 3 (1) 39 (1) al (1) al.4 (1) andri.1 (1) andri.2 (1) Asian (2) Berajil (1) Bisnis (2) BRI KUR (1) Budaya (18) Buisnis (1) Buisniss (1) E (1) Ekonomi (1) Ekonomi Buisniss (64) Ekonomi Ingris (1) G (2) Gaaya Hidup (2) Gaya Hidup (9) Gaya Hidup (18) Gender (1) Gendr (1) Global (118) Global Sekjen PBB (1) Hukum Global (1) Iau Jemaat (1) Info Global (2) Info Temen (1) Info UN PBB (1) Instruksi Presiden SBY (1) Istana (1) Isu Global kemanusiaan (7) Isu Indonesia (1) Isu Negara Haiti (1) Isu America (2) Isu asia (1) Isu Asia Rejonal Indonesia (10) Isu Buruh Indonesia (1) Isu Cina (1) Isu di Jepang (1) Isu di Kongo (1) Isu Ekonomi Indonesia (1) Isu Energi Nuklir di jepang (1) Isu Gender (1) Isu Global (30) Isu Global Kesehatan (2) Isu Indonesia (1) Isu Indonesia Korupsi (1) Isu Industri Global (2) Isu International (4) Isu Kepolisian (1) Isu Koeupsi (1) Isu Komflik (1) Isu Korea Selatan (1) Isu Korupsi (1) Isu Korupsi di Indonesia (2) Isu Mesir (1) Isu Olah Raga (1) Isu Pangan (1) Isu Pangan global (1) Isu PBB (2) Isu Pendidikan (1) Isu Police Indonesia (1) Isu Polri (1) Isu Regional Indutri Indonesia (1) Isu Religius (1) Isu Relijius (1) ISU Sidang International (1) Isu Suap (1) Isu Teroris Indonesia (1) Isu Timur Tengah (3) Isu WTS (1) Jriminal Teknik (1) Kebijakan Global (3) Kebijakan Indonsia (1) Kebijkan Indonesia (2) Kemiskinan di somalia (1) Kesehatan (2) Kesehatan dunia (1) Keshatan (2) Konfrendi PBB (1) Kriiminal International (1) Kriminal dan Hukum (1) Kriminal Global (2) misterius (1) Pariwisata (1) Partanian America (1) Parwisata (1) Pendidikan (5) politik 01 (1) Politik Budaya (4) Reejional (2) REGIONAL (1) Rejional (3) SBY-Ysup Kala (1) Senam Sehat (1) SERBA-SERBI (1) Suriah (1) Usu Rusia (1)