Presiden SBY menyampaikan sambutan pada acara santap siang bersama pebisnis Indonesia dan Jerman di Rumah Makan Oasis, Jakarta, Rabu (11/7) siang. (foto: rusman/presidensby.info)
Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri acara santap siang bersama pebisnis Indonesia dan Jerman di Ruang Sumatera, Rumah Makan Oasis, Cikini, Rabu (11/7) siang. Acara santap siang tersebut dihadiri juga oleh Kanselir Jerman Angela Merkel.
Hubungan bilateral Indonesia-Jerman telah memasuki babak baru, ditandai dengan disepakatinya Deklarasi Jakarta yang memiliki arti peningkatan status hubungan kedua negara menjadi kemitraan komprehensif.
"Kita harus meningkatkan kerja sama di berbagai bidang. Ibu Angela Merkel mengatakan bahwa pilar dari kemitraan strategis kita antara lain ekonomi, pendidikan, kesehatan, riset dan teknologi, industri pertahanan, disamping ketahanan pangan dan energi serta transportasi," kata SBY dalam sambutannya sebelum acara santap siang.
Bagi sisi bisnis ini berarti perjuangan dan penciptaan kesempatan. Presiden SBY berharap, baik di Indonesia maupun di Jerman, para pelaku bisnis dapat melakukan perdagangan dan investasi. "Itulah yang kita tuju. Tugas dan kewajiban kami, pemerintah, tiada lain adalah mengembangkan kebijakan yang baik dan regulasi yang juga baik. Kami bertugas untuk terus meningkatkan iklim investasi dan iklim bisnis, terutama di negeri kami sendiri, di Indonesia," ujar Kepala Negara.
Indonesia akan melakukan percepatan pembangunan ekonomi 15 tahun mendatang di bawah kerangka MP3EI. "Mekanisme dan kelembagaan untuk membantu mitra kita, investor, manakala ada kesulitan, itu juga sudah ada. Sehingga kita berharap, kebersamaan antara pemerintah dengan semua mitra kita bisa berlangsung dengan baik," Presiden menjelaskan.
"Ekonomi Indonesia belum jenuh, belum pada puncaknya, masih ada ruang yang besar untuk itu. Kami bisa membuktikannya dan bahwa 7 tahun terakhir, utamanya 5 tahun terakhir, ketika dunia mengalami krisis ekonomi, kami tetap tumbuh positif," Presiden SBY menambahkan.
Indonesia, lanjut SBY, juga memiliki sumber daya alam yang besar dan juga sumber daya manusia yang produktif, apalagi kalau mendapatkan pendidikan yang lebih baik lagi. Pasar domestik Indonesia juga makin kuat, daya beli masyarakat semakin meningkat. "Ini semua tentu kesempatan baik untuk perdagangan atau investasi, karena ada konsumsi domestik yang akan terus meningkat dari waktu ke waktu," ujar SBY.
Dari delapan tahun memimpin Indonesia, Presiden SBY menggambarkan 3 tipe investor yang selama ini berivestasi di Indonesia. Pertama adalah mereka yang menunggu dan terus menunggu. "Mereka tidak mau berinvestasi bila segala sesuatunya belum beres dan tidak boleh ada masalah apapun. Itu pilihan mereka, saya hormati," SBY menerangkan.
Tipe yang kedua adalah yang tidak peduli. “Yang penting datang, melaksanakan investasi, bahkan kurang rapi dalam bekerjasama dengan pemerintah. Ketika ada masalah, menjadi lebih sulit karena memang kedatangannya begitu saja dalam melaksanakan investasi," Kepala Negara menjelaskan.
Yang ketiga adalah investor yang sehat, melakukan kalkulasi yang matang, tetapi setelah itu benar-benar berinvestasi, benar-benar menjalankan usahanya. "Dalam banyak hal, jenis seperti itulah yang sukses di Indonesia. Dan karena hubungannya dengan pemerintah baik, manakala ada masalah apapun, kita bisa bekerjasama untuk mengatasinya,” tambahnya.
Presiden SBY berharap, mitra-mitra dari Jerman termasuk golongan yang ketiga. “Terus terang, ada kasus-kasus permasalahan di bidang investasi, tetapi jumlahnya sangat kecil. Kami punya angka dan datanya, dan Indonesia tidak sendiri. Ini juga terjadi di negara manapun, tetapi kami akan terus melakukan reformasi memperbaiki iklim bisnis, kebijakan, regulasi, hukum, dan sebagainya karena Indonesia memang dalam proses transformasi dan reformasi," Presiden menegaskan.
"Kami bertanggung jawab untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang ada di negeri kami," tambah SBY.
Bagi bisnis, krisis berarti kesempatan. Saat ini dunia membutuhkan ketahanan pangan, berarti kesempatan untuk pertanian dan agrobisnis. Dunia membutuhkan ketahanan energi dan ini kesempatan untuk mengembangkan semua sumber energi, termasuk yang terbarukan. "Indonesia kurang infrastruktur, saya harus mengakui. Itu juga kesempatan untuk bersama-sama membangun infrastruktur. Indonesia ingin meningkatkan konektivitas antar pulau dalam rangka konektivitas ASEAN. Apa artinya? Kita perlu transportasi darat, laut, dan udara. Itu juga kesempatan," kata Presiden.
Presiden SBY kemudian mengundang para investor dari Jerman untuk berinvestasi di Indonesia.
Hadir dalam jamuan santap siang tersebut antara lain, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri ESDM Jero Wacik, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Meteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, Kepala BKPM Chatib Basri, Gubernur DKI Fauzi Bowo, dan Ketua Kadin Bambang Sulisto.
0 komentar:
Posting Komentar