Sebuah program baru di Washington, DC diluncurkan untuk mengembangkan industri busana di kota ini dengan melatih para perancang busana setempat.
Foto: VOA - A. Greenbaum
Tepuk tangan riuh menyambut Genett Purcell dalam sebuah peragaan busana di daerah Washington, DC. Ia membuka usaha busana berlabel Maven tahun lalu.
Purcell sejak dulu menyukai dunia busana, tetapi sekarang ia menyadari, merancang busana menjadi karirnya. "Sebelumnya, saya bekerja sebagai pengacara selama lebih dari 13 tahun," ujarnya.
Selama itu, ia juga merancang dan membuat pakaian. Tahun lalu ia memutuskan bahwa dirinya tidak dapat melakukan keduanya."Saya menyadari bahwa inilah yang membuat saya senang, dan saya menyadari bahwa karir ini bisa menghidupi saya kalau saya lakukan penuh waktu,” ujarnya lagi.
Purcell menggambarkan rancangannya, 'kemewahan tiap hari bagi wanita'. "Rancangan estetis busana saya bergaris bersih, dengan kain mewah dan kaya dengan warna. Saya suka menonjolkan lekuk-lekuk tubuh wanita dan membuat pakaian itu bisa dipakai terus dan tak pupus oleh waktu,” paparnya.
Purcell merupakan satu dari empat perancang busana lokal yang dipilih untuk program pencetus busana di Washington, D-C yang disebut DC Fashion Incubator. Direktur Yayasan Mode Washington DC Christine Brooks-Cropper berperan di balik program yang diluncurkan bulan Januari itu. Ia mengatakan, "Kami di sini membimbing dan menjadi penasehat mereka, sehingga mereka berhasil memasarkan produk mereka.”
Para perancang busana itu diberi kesempatan 24 jam sehari untuk memakai sebuah studio yang dilengkapi mesin-mesin jahit, patung pemeraga, dan meja kerja yang besar. Mereka juga berkonsultasi dengan para pakar mode. Lebih jauh Brooks-Cropper mengatakan, "Akan ada pembimbing teknik rancangan busana dan pembimbing bisnis pakaian. Lalu, kami akan punya pembimbing bidang keuangan, menyusun rencana bisnis, pemasaran, masalah merek dan media sosial”.
Tatiana Kolina juga ikut program itu. Ia berharap meluncurkan rancangan sepatunya dengan hiasan yang bisa diganti-ganti untuk perusahannya, My Moody Booty. Ia sudah punya gagasan itu empat tahun lalu, tetapi belum mampu mendirikan perusahaan. Ia mengakan, "Saya punya gagasan dan saya menonton berbagai pameran sepatu di New York dan Las Vegas. Saya mencari pabrik yang berbeda yang akan mampu memproduksi sepatu itu. Ketika saya mulai berbicara dengan mereka, saya menghadapi banyak hambatan.”
Meskipun Purcell telah meluncurkan rancangan busananya, ia senang dapat menjadi bagian dari program itu. "Saya pikir, langkah logis berikutnya bagi dunia busana di Washington, DC adalah memamerkan rancangan lokal yang serius dan berbobot,” ujarnya.
Sedangkan masalah yang dihadapi Brooks-Cropper lebih terkait pada kondisi ekonomi. Ia mengatakan, "Kami ingin memiliki kapasitas produksi lebih banyak, jadi kami dapat mengatakan kami punya sebuah industri di sini.”
Jelas, ada permintaan akan busana yang bergaya di Washington, DC. Penelitian terbaru menemukan bahwa warga Washington membelanjakan dua kali lipat dari rata-rata orang Amerika untuk membeli pakaian dan sepatu. Paling tidak, sebagian dari mereka peduli dengan penampilan mereka.
Purcell sejak dulu menyukai dunia busana, tetapi sekarang ia menyadari, merancang busana menjadi karirnya. "Sebelumnya, saya bekerja sebagai pengacara selama lebih dari 13 tahun," ujarnya.
Selama itu, ia juga merancang dan membuat pakaian. Tahun lalu ia memutuskan bahwa dirinya tidak dapat melakukan keduanya."Saya menyadari bahwa inilah yang membuat saya senang, dan saya menyadari bahwa karir ini bisa menghidupi saya kalau saya lakukan penuh waktu,” ujarnya lagi.
Purcell menggambarkan rancangannya, 'kemewahan tiap hari bagi wanita'. "Rancangan estetis busana saya bergaris bersih, dengan kain mewah dan kaya dengan warna. Saya suka menonjolkan lekuk-lekuk tubuh wanita dan membuat pakaian itu bisa dipakai terus dan tak pupus oleh waktu,” paparnya.
Purcell merupakan satu dari empat perancang busana lokal yang dipilih untuk program pencetus busana di Washington, D-C yang disebut DC Fashion Incubator. Direktur Yayasan Mode Washington DC Christine Brooks-Cropper berperan di balik program yang diluncurkan bulan Januari itu. Ia mengatakan, "Kami di sini membimbing dan menjadi penasehat mereka, sehingga mereka berhasil memasarkan produk mereka.”
VOA - A. Greenbaum
Para perancang busana itu diberi kesempatan 24 jam sehari untuk memakai sebuah studio yang dilengkapi mesin-mesin jahit, patung pemeraga, dan meja kerja yang besar. Mereka juga berkonsultasi dengan para pakar mode. Lebih jauh Brooks-Cropper mengatakan, "Akan ada pembimbing teknik rancangan busana dan pembimbing bisnis pakaian. Lalu, kami akan punya pembimbing bidang keuangan, menyusun rencana bisnis, pemasaran, masalah merek dan media sosial”.
Tatiana Kolina juga ikut program itu. Ia berharap meluncurkan rancangan sepatunya dengan hiasan yang bisa diganti-ganti untuk perusahannya, My Moody Booty. Ia sudah punya gagasan itu empat tahun lalu, tetapi belum mampu mendirikan perusahaan. Ia mengakan, "Saya punya gagasan dan saya menonton berbagai pameran sepatu di New York dan Las Vegas. Saya mencari pabrik yang berbeda yang akan mampu memproduksi sepatu itu. Ketika saya mulai berbicara dengan mereka, saya menghadapi banyak hambatan.”
Meskipun Purcell telah meluncurkan rancangan busananya, ia senang dapat menjadi bagian dari program itu. "Saya pikir, langkah logis berikutnya bagi dunia busana di Washington, DC adalah memamerkan rancangan lokal yang serius dan berbobot,” ujarnya.
Sedangkan masalah yang dihadapi Brooks-Cropper lebih terkait pada kondisi ekonomi. Ia mengatakan, "Kami ingin memiliki kapasitas produksi lebih banyak, jadi kami dapat mengatakan kami punya sebuah industri di sini.”
Jelas, ada permintaan akan busana yang bergaya di Washington, DC. Penelitian terbaru menemukan bahwa warga Washington membelanjakan dua kali lipat dari rata-rata orang Amerika untuk membeli pakaian dan sepatu. Paling tidak, sebagian dari mereka peduli dengan penampilan mereka.
0 komentar:
Posting Komentar