Sentul, Jawa Barat: Indonesia ingin masuk 10 besar negara
penyumbang pasukan pemeliharaan perdamaian dunia. Saat ini baru 17
besar. Hal ini bisa dilakukan mengingat konflik-konflik yang pernah
terjadi di Ambon, Poso, dan Aceh sudah terselesaikan.
"Alhamdulillah, negara kita stabil dan aman sehingga puluhan batalyon
yang tadinya beroperasi di daerah-daerah itu sekarang bisa mengamban
tugas negara ikut menjankan misa pemeliharaan perdamaian ditingkat
dunia," ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Presiden menyampaikan hal ini dalam sambutan peresmian Kawasan Pusat
Perdamaian dan Keamanan Indonesia atau Indonesia Peace and Security
Center (IPSC) di Sentul, Desan Sukahati, Kecamatan Citereup, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat, Senin (7/4) sore.
SBY kemudian berbagi pengalamannya ketika menjadi Komandan Pengamat
Militer PBB di Bosnia merangkap Komandan Kontingen Indonesia. Banyak
perwira Indonesia saat itu harus kembali ke Tanah Air karena tidak lulus
ujian Bahasa Inggris dan mengemudi. "Itulah sekarang di tempat ini kita
dirikan pusat bahasa agar siapaun nanti yang mengemban tugas negara
lulus ujian," Presiden menjelaskan.
Pusat Pasukan Sianga TNI, salah satu fasilitas yang ada di IPSC ini,
didirikan agar Indonesia memiliki fasilitas pelatihan dan pendidikan
yang baik dimana personil, satuan, persenjataan, peralatan, dan
angkatannya siaga setiap saat. Kemudian, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Penanggulangan Bencana dibangun karena Indonesia memiliki pengalaman
luar biasa terkait penanganan bencana.
"Menyadari kerawanan Indonesia terhadap bencana, maka kita perlu
memiliki lembaga, sekarang BNPB, dan kita perlu memiliki pusat pelatihan
dan pendidikan," ujar Kepala Negara. Pusat Pelatihan Penanggulangan
Terorisme dibangun karena dunia belum bebas dari ancaman terorisme.
Untuk Universitas Pertahanan (Unhan), pembangunannya dilakukan agar perwira Indonesia menjadi
world class military officer.
SBY meminta perwira Indonesia tidak boleh kalah dari perwira negara
manapun. Perwira militer abad 21 harus memiliki wawasan dan pengetahuan
yang baik, paham geopolitik, ancaman tradisional maupun non-tradisional,
dan tahu diperlukan kerja sama antara militer antarnegara.
"Unhan akan memproduksi perwira-perwira TNI, juga kalangan non-militer,
untuk memahami strategi, taktik, doktrin, teknologi, perlawanan
terorisme, dan penanganan bencana," SBY menambahkan
0 komentar:
Posting Komentar