Jakarta: Ada sembilan pelajaran penting dalam proses transformasi Indonesia. Rekonsiliasi dan resolusi konflik menjadi salah satu bagian yang penting tersebut. IItulah setidaknya pengalaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama ini.
Presiden SBY menyampaikan hal tersebut dalam pidatonya ketika membuka Forum Strategic Review, sekaligus peluncuran jurnal Strategic Review, diHotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (17/7) sore.
Kesembilan pelajaran tersebut, pertama, Presiden SBY sangat percaya bahwa setiap konflik dapat diselesaikan melalui solusi politik damai. "Kedua, tak ada satu pun konflik yang sama satu sama lain," kata SBY.
Ketiga, mencegah konflik sebelum terjadi daripada menyembuhkannya setelah pecah. "Mencegah konfil sebelum ia terjadi lebih baik, lebih mudah, lebih murah, lebih cepat, dan lebih efektif," Presiden menambahkan. Presiden memberi contoh konflik di Maluku dan bagaimana akan butuh satu generasi untuk menyembuhkannya.
"Empat, rekonsiliasi dan resolusi konflik membutuhkan kepemimpinan. Fungsi dari kepemimpinan adalah untuk mendorong proses politik, yang biasanya sulit untuk dibangun dan dijalankan," SBY menjelaskan.
Kelima, bila konflik belum bisa terselesaikan, maka harus dikelola. Jangan dibiarkan menyebar.
"Keenam, di setiap konflik akan selalu ada peluang. Peluang ini biasanya kecil dan sementara, namun bisa membawa pada kemungkinan solusi," ujar Presiden. Yang sulit, lanjut Presiden SBY, adalah untuk melihat peluang ini dan tidak kehilangan.
"Ketujuh, untuk mempromosikan rekonsiliasii, sangat penting untuk mengadopsi pendekatan pragmatis, fleksibel, dan maju. Pendekatan dogmatis yang keras kemungkinan besar tak akan membawa hasil," kata SBY berbagi pengalaman.
Poin ke delapan, dan poin yang paling kritis yang harus diraih dalam negosiasi damai adalah kepercayaan diantara para aktor dalam konflik. "Dalam negosiasi Aceh, terdapat momen kritis, titik balik, ketika yang bernegosiasi mulai mendengarkan satu sama lain, dari pada berbicara. Kemunculan kepercayaan ini sangat memajukan negosiasi tersebut," jelas SBY.
Terakhir, Presiden mengatakan bahwa yang lebih penting dari mencapai kedamaian adalah mempertahankannya. "Terlalu banyak contoh dalam sejarah di mana kedamaian yang dicapai dengan susah payah runtuh karena para pemangku kepentingannya terlena," Presiden mengingatkan.
Presiden melanjutkan dengan mengatakan bahwa peace-building memerlukan usaha yang sistemik dan jangka panjang, requires systemic, long term efforts. "Ia juga harus komprehensif, melibatkan usaha politis, legal, ekonomi, sosial, dan budaya," SBY menegaskan. (arc)
0 komentar:
Posting Komentar