Pepata mengatakan dunia tanpa wanita bagaikan hampa. "Demikian pulah wanita tanpa Pria bagaikan melangkah tanpa arah.?" Stidaknya Perempuan maupun laki-laki dijadikan sang pencipta untuk saling berdapingan dan saling mengasihi, "Sadarkah kita sebagai Pria?", mungkin seringkali kita melupakan beban berat yang menipah pada wanita oleh sebab kita, dan munkin kita kurang mnyadari ,keluh kesah yang dirasakan olehnya, sering pria memandang enteng wanita bahkan terkadang ada pulah yang ringan tangan kepada Istrinya atau pacarnya? bahkan tidak sedikit pula para pekerja wanita yang dianiayaya oleh para majikan pria.mungkin semua ini oleh sebab kesadaran Pria masih rendah? Pertanyaannya mengapa kita harus mendikotomikan ? "Bukankah kita terlahir dari seorang Ibu?" dan meminum susunya.? dan adakah seorang pria dapat melahirkan dan menysui? jawabnya tentu tidak. Jika tidak apa hebatnya kita sebagai pria? Penulis mengajak kesemua pria dimanapun berada selayaknya kita harus mau melongarkan kesempitan yang saat ini diminta perempuan,artinya mereka dapat menduduki berbagai posisi bilah pria memberikan kelongaran padanya,bilah sempitnya tempat lobang usaha buat perempuan stidaknya tersumbat? Jika sudah begini manalah mungkin posi perempuan dapat terbuka? "Menmang posisi strategis yang enak buat perempuan masilah sangant sedikit ? Licinya peluang posisi yang strategis baik didepartemen maupun di berbagai jabatan lain yang selalu diisi sebagian besar oleh pria membuat perempuan menjadi "minder" . andaikan disetiap departemen diasimilasikan,umpamanya Prianya 60 % Perempuanya 40% mungkin akan bisa melongarkan peluang bagi wanita Karir. Nah yang menjadi pertanyaan mengapa di Indonesia Wanita buat menjadi Pemimpin harus seret terlebih dahulu,artinya menempunya begitu beratnya bahkan berbagai persoalan harusdilalui terlebih dahulu? "Mungkin kejadian ini tidak hanya di Indonesia? terlepas semua itu yang jelas akhirnya kita harus berpulang kepada kesadaran diri sebagai pria "maukah tangan kita rela melepaskan gengaman dari lobang jabatan yang telah lama kita rasakan. dan merelakan dengan iklas bahwa waktunyalah wanita harus ditampilkan sebagai jender.Ambil contoh Ingris Korea, Pilipina,Belanda, dan penulis berharap kepada PBB segera mengelorakan terus tentang kestaraan perempuan diseluruh Dunia.semoga.
0 komentar:
Posting Komentar